Tradisi Usaba Sri Desa Sibetan
Tradisi Usaba Sri Desa Sibetan
Prosesi khas dan unik dalam ritual memohon amerta nampak pada upacara Usabha Sri di Pura Bale Agung Desa Pakraman Sibetan. Bertepatan Purnamaning Sasih Kawulu (24-1-2016) prosesi rangkaian Usabha Sri dilaksanakan diawali dengan Raine Pemedal yakni Nedunang Pretima Ida Betara dari 6 kahyangan pura desa yakni Penyungsungan Ida Betara Pura Penataran, Ida betara Pura Puseh, Ida Betara Pura Bangkak, Ida Betara Pura Pemaksan Gaduh, Ida Betara Pura Pemaksan Segaa, Ida Betara Pura pemaksan Pejabungan, Ida Betara Dalem Sibetan, Abian Tiing, dan Dukuh, Ida Betara Panti Abian Tiing yang masing-masing distanakan dalam satu jempana serta 28 penyungsungan premade.
Menurut penuturan Jro Bendesa I Wayan Subadra didampingi Penyarikan I Made Mas Mastiawan, Usabha Sri memiliki tetuek memohon anugrah amerta melalui kesuburan alam dengan harapan asing tinandur sarwa mupu asing tinuku sarwe murah seperti Pala Gantung, Pala Bungkah, Pala Wija disamping karena palemahan Desa Sibetan sebagian besar terdiri dari lahan persawahan. Terkait upacara Usabha Sri setelahnya juga digelar Usaba Muu-uu yang bermakna nangluk mrana agar wabah penyakit tidak masuk ke Desa Sibetan, dengan menghaturkan labaan caru bayang-bayang Banteng dan Asu Bangbungkem serta srana Ayam Biing.
Upacara yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali ditandai Ida Betara Nyejer selama 3 hari dari tanggal 23 – 26 Januari 2016 dengan eedan upacara Nedunang Ida Betara, ngemargiang yadnya Majang (Meprani) anaman Blayag dan Majang woh-wohan dilengkapi iringan Tari Rejang Dewa, Tetabuhan Gong, Gambang dsb. Adapun eed upakara dimulai dengan Ida Betara tedun (pemedal), Ngaturang Pepranian Pemlayagan, dilanjutkan dengan Upacara Ngaturang Prani Bayuan saat upacara Pengebek dan diakhiri dengan Upacara Nyineb. Pada saat upacara pengebek di hari ke tiga juga ditandai dengan adanya tari keris (daratan) / ngurek yang dipersembahkan oleh 3 orang krama tertentu. Sedangkan sajian tarian khusus yang sakral dipersembahkan tari Mabuang lanang oleh 80 krama desa yang saat itu melaksanakan upacara metuun bunga, sebanyak 9 kali putaran. Semua krama melemparkan bahan upakara seperti blayag dan buah ke tengah areal posisi nyatur.
Majangan dari buah-buahan dibuat dalam bentuk gebogan setinggi 75 Cm dengan nilai rata-rata Rp. 500.000. Proses mesantalan itu sendiri mengandung arti merupakan sebagai simbol nunas kerahajengan jagat agar mrana tidak merusak segala tanaman terkait dilaksanakannya usabha sri di pura setempat. Upacara yang dilengkapi sesaji Banten apajegan, pebangkit, suci sesayut meruntutan suku pat, dipuput sulinggih Ida Pedanda Istri Buruan dari Geria Kanginan Sibetan. Sedangkan satu-satunya penyungsungan berupa petapakan Rangda dan Barong abiseka Jro Gede Sakti juga katuran tedun nyejer dalam paci Usabha Sri. Penyungsungan Jro Gede Sakti dikeramatkan krama Sibetan sebagai tempat nunas tamba jika ada krama yang mengalami terserang penyakit. Dahulu penyungsungan tapel petapakan Jro Gede Sakti pernah dilarung kelaut namun akhirnya kembali lagi ketempat semula. Atas kejadian tersebut krama makin tebal keyakinannya atas perlindungan bagi desa Sibetan dari pelinggih Jro Gede Sakti. Ditambahkan Manggala desa I Komang Kisid, Desa Pakraman Sibetan dalam melaksanaka pengaci-aci didukung keberadaan krama pengabih desa yang menggunakan bunga pucuk merah memiliki tugas untuk memperbaiki parahyangan, sedangkan krama murwa yang menggunakan keris saat upacara bertugas mempersiapkan dan menyelenggarakan upacara pengaci-aci.
Desa Sibetan memiliki 32 palebahan Pura termasuk 3 Pura Kahyangan Tiga (Puseh, Dalem, Bale Agung) dan 7 parhyangan Pura Dalem Pengayatan. Desa Sibetan diempon 14KK krama wed (Pan Sri)didukung 80 KK lainnya dan disokong oleh sekitar 5.000 KK atau 15.000 penyungsung di dua wilayah desa dinas meliputi Desa Jungutan dan Desa Sibetan. Desa Adat Sibetan tercatat mulai didirikan sesuai pemunder desa tahun 1.300 Masehi pada masa pemerintahan Sri Jaya Kasunu, Raja Bali yang memerintah di kerajanan Gelgel Klungkung, hingga kini masih melestarikan budaya dan pelaksanaan agama dalam bentuk pelaksanaan pengaci-aci yang masih unik dan langka. Sejumlah upacara yang hingga kini masih dilestarikan seperti Usaha Dangsil, Usaba Daa, Usabha Pepek, Usabha Tista, Usabha Keju, Usabha Penyebel, Usabha Ketima, Usabha Taksu, Usabha Gede, Usabha Ngeliklik, Usabha Penyangjang, Usabha Sapta Buana, Usabha Pura Penyatur, Usabha Pura Panti dsb.
Menurut penuturan Jro Bendesa I Wayan Subadra didampingi Penyarikan I Made Mas Mastiawan, Usabha Sri memiliki tetuek memohon anugrah amerta melalui kesuburan alam dengan harapan asing tinandur sarwa mupu asing tinuku sarwe murah seperti Pala Gantung, Pala Bungkah, Pala Wija disamping karena palemahan Desa Sibetan sebagian besar terdiri dari lahan persawahan. Terkait upacara Usabha Sri setelahnya juga digelar Usaba Muu-uu yang bermakna nangluk mrana agar wabah penyakit tidak masuk ke Desa Sibetan, dengan menghaturkan labaan caru bayang-bayang Banteng dan Asu Bangbungkem serta srana Ayam Biing.
Upacara yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali ditandai Ida Betara Nyejer selama 3 hari dari tanggal 23 – 26 Januari 2016 dengan eedan upacara Nedunang Ida Betara, ngemargiang yadnya Majang (Meprani) anaman Blayag dan Majang woh-wohan dilengkapi iringan Tari Rejang Dewa, Tetabuhan Gong, Gambang dsb. Adapun eed upakara dimulai dengan Ida Betara tedun (pemedal), Ngaturang Pepranian Pemlayagan, dilanjutkan dengan Upacara Ngaturang Prani Bayuan saat upacara Pengebek dan diakhiri dengan Upacara Nyineb. Pada saat upacara pengebek di hari ke tiga juga ditandai dengan adanya tari keris (daratan) / ngurek yang dipersembahkan oleh 3 orang krama tertentu. Sedangkan sajian tarian khusus yang sakral dipersembahkan tari Mabuang lanang oleh 80 krama desa yang saat itu melaksanakan upacara metuun bunga, sebanyak 9 kali putaran. Semua krama melemparkan bahan upakara seperti blayag dan buah ke tengah areal posisi nyatur.
Majangan dari buah-buahan dibuat dalam bentuk gebogan setinggi 75 Cm dengan nilai rata-rata Rp. 500.000. Proses mesantalan itu sendiri mengandung arti merupakan sebagai simbol nunas kerahajengan jagat agar mrana tidak merusak segala tanaman terkait dilaksanakannya usabha sri di pura setempat. Upacara yang dilengkapi sesaji Banten apajegan, pebangkit, suci sesayut meruntutan suku pat, dipuput sulinggih Ida Pedanda Istri Buruan dari Geria Kanginan Sibetan. Sedangkan satu-satunya penyungsungan berupa petapakan Rangda dan Barong abiseka Jro Gede Sakti juga katuran tedun nyejer dalam paci Usabha Sri. Penyungsungan Jro Gede Sakti dikeramatkan krama Sibetan sebagai tempat nunas tamba jika ada krama yang mengalami terserang penyakit. Dahulu penyungsungan tapel petapakan Jro Gede Sakti pernah dilarung kelaut namun akhirnya kembali lagi ketempat semula. Atas kejadian tersebut krama makin tebal keyakinannya atas perlindungan bagi desa Sibetan dari pelinggih Jro Gede Sakti. Ditambahkan Manggala desa I Komang Kisid, Desa Pakraman Sibetan dalam melaksanaka pengaci-aci didukung keberadaan krama pengabih desa yang menggunakan bunga pucuk merah memiliki tugas untuk memperbaiki parahyangan, sedangkan krama murwa yang menggunakan keris saat upacara bertugas mempersiapkan dan menyelenggarakan upacara pengaci-aci.
Desa Sibetan memiliki 32 palebahan Pura termasuk 3 Pura Kahyangan Tiga (Puseh, Dalem, Bale Agung) dan 7 parhyangan Pura Dalem Pengayatan. Desa Sibetan diempon 14KK krama wed (Pan Sri)didukung 80 KK lainnya dan disokong oleh sekitar 5.000 KK atau 15.000 penyungsung di dua wilayah desa dinas meliputi Desa Jungutan dan Desa Sibetan. Desa Adat Sibetan tercatat mulai didirikan sesuai pemunder desa tahun 1.300 Masehi pada masa pemerintahan Sri Jaya Kasunu, Raja Bali yang memerintah di kerajanan Gelgel Klungkung, hingga kini masih melestarikan budaya dan pelaksanaan agama dalam bentuk pelaksanaan pengaci-aci yang masih unik dan langka. Sejumlah upacara yang hingga kini masih dilestarikan seperti Usaha Dangsil, Usaba Daa, Usabha Pepek, Usabha Tista, Usabha Keju, Usabha Penyebel, Usabha Ketima, Usabha Taksu, Usabha Gede, Usabha Ngeliklik, Usabha Penyangjang, Usabha Sapta Buana, Usabha Pura Penyatur, Usabha Pura Panti dsb.
Posting Komentar